-->

Halo !!! Saya Kang Ismet, ini adalah blog tentang AMP HTML dan cara penerapannya

Kisah Perjanjian Damai Hudaibiyah dan Kisah Sayyidina Abu Jandal dan Sayyidina Abu Bashir Radhiyallahu 'anhu

   Segala Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT atas kelimpahan karunianya sehingga sampai detik ini kita masih diberikan kesehatan dan umur panjang, terlebih masih bisa mengunjungi blog sederhana ini..hehe..
     Sholawat dan salam tak lupa mari kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, semoga berkat Sholawat yang senantiasa kita ucapkan di dunia ini kelak dapat menghantarkan kita untuk bertemu Beliau di Yaumul Mahsyar...Aminn Ya Rabb..
     Dalam bab ini kita akan menceritakan  Kisah Perjanjian Damai Hudaibiyah antara kaum muslimin dan kaum kafir mekkah dan kisah-kisah para sahabat radhiyallahu'anhu, keteguhan dan keberanian serta pengorbanan mereka demi agama patut di jadikan contoh suri tauladan agar kita lebih semangat dalam mendalami ilmu agama ini.

Kisah Perjanjian Damai Hudaibiyah dan Kisah Sayyidina Abu Jandal dan Sayyidina Abu Bashir Radhiyallahu 'anhu

     Pada tahun keenam Hijriyah, Baginda Nabi Muhammad SAW berencana hendak pergi Mekkah dengan tujuan untuk menunaikan Ibadah Umrah. Berita ini pun terdengar hingga di telinga orang-orang kafir mekkah, menyadari hal itu mereka segera bermusyawarah dengan mengumpulkan para tokoh-tokoh kafir mekkah dengan tujuan untuk menghalang-halangi perjalanan Nabi dan para Sahabat yang ikut serta, akhirnya mereka berencana untuk menghadang pasukan Nabi di suatu tempat yang bernama Hudaibiyah.
     Keberangkatan Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam beserta Para Sahabat pun di mulai, mereka para sahabat yang ikut adalah para sahabat yang merasa bangga jika dapat mengorbankan jiwa raga mereka untuk Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan merekapun siap berperang.
     Ketika mereka sampai pada suatu tempat yang bernama Hudaibiyah Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam segera memerintahkan salah satu sahabat untuk menemui orang-orang kafir yang sudah bersiap menghalang-halangi kaum muslimin memasuki mekkah, pesan Beliau kepada utusan tersebut yaitu agar dibuat suatu perjanjian perdamaian karena tujuan Beliau memasuki kota Mekkah bukan tujuan untuk perang melainkan hanya untuk menunaikan Ibadah Umrah.
     Akhirnya perjanjian damai pun dibuat, dan isi perjanjian tersebut sungguh memberatkan pihak Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat Radhiyallahu 'anhu, diantara salah satu isi perjanjian tersebut yaitu orang-orang kafir mekkah yang masuk islam sejak masa perjanjian tersebut dan berhijrah ke madinah hendaknya di kembalikan ke mekkah. Sedangkan orang-orang Islam madinah yang melarikan diri ke mekkah dalam keadaan murtad tidak di kembalikan ke madinah.
     Sebenarnya ketika itu para sahabat ingin mengutarakan keberatannya tapi karena semua ini adalah permintaan Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam maka mereka tidak berani menentangnya, bahkan sahabat yang terkenal keberaniannya seperti Sayyidina Umar Radhiyallahu 'anhu pun harus menahan diri dan mengikuti perintah Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam ini, semua ini karena para Sahabat Radhiyallahu 'anhu telah menyerahkan jiwa raga mereka untuk mentaati segala perintah Beliau.
     Biarpun isi Perjanjian ini sangat memberatkan pihak Nabi dan Para Sahabat tetapi Beliau Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam memandang semua ini untuk kebaikan dan kemaslahatan penduduk mekkah, sehingga beliau menginginkan tidak adanya perang. 
     Belum selesai perjanjian tersebut di tulis, seorang sahabat yang bernama Abu Jandal Radhiyallahu 'anhu, yang selama ini di tahan dan disiksa oleh kaum kafir mekkah berlari dengan jatuh bangun menuju ke kaum muslimin, tetapi karena kakinya di rantai maka ia tidak dapat berlari dengan kencang sehingga seketika itu ayahnya sendiri yang bernama Suhail menampar dan menarik anaknya untuk di kembalikan ke mekkah, ketika melihat hal tersebut Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam berkata kepada para tokoh kafir mekkah, "Surat Perjanjian Damai belum selesai dibuat! atas dasar apa ia dikembalikan?, aku minta satu orang ini ikut bersama kami." Akan tetapi para tokoh kafir mekkah tetap bersikukuh tidak ingin menyerahkan Abu Jandal ke tangan kaum muslimin.
     Sambil ditarik dan di seret oleh ayahnya Abu Jandal berkata, "aku datang sebagai orang islam, banyak penderitaan yang aku alami, namun sayang, sekarang aku akan di kembalikan." Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui bagaimana kesedihan yang dirasakan para sahabat waktu itu, kemudian Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam meminta ijin untuk menemui Abu Jandal, setelah bertemu Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam menasehati Abu Jandal, beliau bersabda, "Bersabarlah wahai Abu Jandal, tidak lama lagi Allah SWT akan memberikanmu jalan keluar." Setelah mendengar nasehat Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam Abu Jandal pun bersedia untuk dibawa kembali ke mekkah. Perjanjian telah disepakati sehingga Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat pun dapat menunaikan Ibadah Umrah di mekkah tanpa halangan dan setelah selesai mereka segera kembali ke madinah.
     Selang beberapa hari terdengar kabar bahwa seorang yang bernama Abu Bashir yang secara diam-diam telah memeluk Islam dan telah melarikan diri untuk bergabung dengan kaum muslimin lainnya yang ada di madinah. Maka kemudian kaum kafir mekkah mengutus dua orang untuk menjemput Abu Bashir yang telah melarikan diri ke madinah untuk di bawa kembali ke mekkah, ketika Abu Bashir bertemu dengan Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam, ia berkata, " Ya Rasulullah, aku datang setelah masuk islam, namun engkau mengembalikan aku ke dalam cengkraman orang-orang kafir." Lalu 
Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam menasehatinya, dan bersabda, " Wahai Abu Bashir masuklah dulu ke dalam perjanjian tersebut karena Insya Allah sebentar lagi Allah SWT akan memberikan jalan keluar untukmu." Akhirnya kedua orang utusan tadi segera membawa Abu Bashir untuk di bawa kembali ke Mekkah.
     Di tengah perjalanan, Sayyidina Abu Bashir Radhiyallahu 'anhu berkata kepada salah seorang dari utusan yang membawanya, " wah bagus sekali pedangmu, pasti dengan pedang itu banyak orang yang sudah engkau bunuh," mendengar hal itu utusan tersebut pun berkata sambil mengeluarkan pedangnya yang pada saat itu Abu Bashir berada pas di sebelahnya, " yah, benar dengan pedang ini aku banyak menebas orang-orang yang aku hadapi," belum selesai ia bercerita panjang lebar tiba-tiba Abu Bashir yang berada di sebelah segera merebut pedang tersebut dan menebaskan ke pemiliknya sehingga utusan tersebut tewas seketika itu, melihat hal tersebut salah satu utusan yang satunya segera berlari kembali menuju ke madinah, karena jaraknya memang belum terlalu jauh dari madinah.
     Sesampainya di madinah, utusan orang kafir tersebut langsung menemui Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan menceritakan kejadian yang baru saja dialami. Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan membawa pedang dan segera berkata kepada Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam, " Ya Rasulullah, engkau telah memenuhi janjimu kepada mereka, dan akupun telah dipulangkan, namun aku tidak memiliki janji apapun yang menjadi tanggung jawabku terhadap mereka. Kulakukan semua ini karena mereka berusaha mencabut agama dari diriku." Mendengar hal ini Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam langsung berdiri dan menyahut, " ini penyulut api peperangan seandainya ada yang membantu." Dari sabda beliau tersebut Abu Bashir memahami bahwa Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam sangat tidak mendukung apa yang di lakukannya, dan sekirannya jikalau ia telah menghabisi semua utusan tersebut maka Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam tetap akan memulangkannya kembali ke mekkah. 
     Setelah mendengar sabda beliau, akhirnya Abu Bashir memutuskan untuk pergi ke suatu tempat di daerah pantai, berita ini pun di dengar oleh orang-orang mekkah, sehingga orang-orang muslim yang di tahan di mekkah seperti Sayyidina Abu Jandal dan yang lainnya secara sembunyi-sembunyi melarikan diri dan menyusul Abu Bashir. Dalam beberapa hari mereka pun menjadi sebuah rombongan kecil, mereka hidup di suatu padang yang di dalamnya tidak ada makanan dan minuman sedikit pun hanya Allah SWT lah yang mengetahui bagaimana keadaan mereka. Dalam memenuhi kebutuhan makanan dan minuman mereka memutuskan untuk mencegat dan merampas harta rampasan perjalanan orang-orang kafir yang dari bepergian berdagang dari madinah ke mekkah atau sebaliknya.
     Mendengar hal ini kaum kafir mekkah merasa prihatin dan menyuruh utusan untuk menemui Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dengan tujuan agar rombongan ini mau untuk kembali ke mekkah dan perjalanan mereka yang berdagang pun dapat aman kembali, 
Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam pun menulis sebuah surat dan mengirimkan kepada rombongan Abu Bashir tersebut.
     Tertulis dalam sejarah, ketika surat Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam sampai kepada mereka, Sayyidina Abu Bashir r.a sedang sakaratul maut. Dia wafat ketika menggenggam surat Baginda Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam. (H.R. Bukhari, dari Kitab Fathul Bari')

Faidah:
     Apabila seseorang telah berpegang teguh dengan agamannya, dengan syarat agamannya benar, maka kekuatan apapun tidak dapat melepaskan agama yang ada pada dirinya. Allah SWT berjanji akan menolong setiap muslim, dengan syarat ia benar-benar muslim.